Rabu, 21 Desember 2011

tarekat di nusantar



Tasauf
( Perkembangan Tarekat Di Nusantara )



DISUSUN OLEH:
Muhamad Tohir   : 10422030
Dosen Pembimbing:
Drs. Abdur Rasyid.M.Ag.

FAKULTAS ADAB
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang di kenal dunia dengan jumlah penduduknya yang manyoritas beragama muslim. Namun dibalik jumlah yang menakjubkan ini banyak yang merasa terpana dengan rialita kehidupan masyarakatnya. Mulai dari gaya berpakaiannya, akhlaqnya, cara berbicaranya dan cara beribadah yang sekian ragam bentuknya.
Kebanyakan ajaran-ajaran yang berkembang di Indonesia sekarang bukanlah sebagaimana ajaran yang di bawa Rosulullah ketika itu, sudah banyak penyelewengan yang terjadi, salah satunya adalah berkembangnya ajaran tasawwuf yang cukup menjamur di semua kalangan. Mulai dari kalangan elit, selebritis, sarjana, sampai kepada buruh. Artinya ajaran ini memang sangat pesat perkembangannya. Bannyak komentar dan alasan mereka "saya resah, saya menemukan problem, saya setres, saya banyak masalah, hati saya kotor maka saya belajar tasawwuf agar memperoleh ketenangan" dengan segudang alasan itulah mereka berbondong-bondong mengikuti kajian-kajian tasawwuf, hingga perkumpulan tasawwuf atau tarekat tidak kekurangan jamaah sehingga mereka tinggal memilih yang cocok dengan selera mereka. Namun kita perlu mengingat-ingat kembali perkataan seorang ulama' Muhammad bin Idris as Syafi'I, beliau berkata : "Tidaklah seorang yang berakal itu masuk ke dalam ajaran tasawwuf pada permulaan siang kecuali ia telah gila ketika masuk waktu sholat asar" ( al Jihad wal Ijtihad:216).
Artinya begitu bahanya ajaran ini terhadap keyakinan manusia sehinga di gambarkan bahwa orang yang masuk mengikuti ajaran tasawwuf di pagi hari di sore hari ia telah manjadi gila. Kali ini kami berusaha menampilkan sebuah makalah yang berjudul "Perkembangan Tarekat di Nusantara".


BAB II

PERKEMBANGAN TAREKAT DI NUSANTARA

  1. Sekilas Antara Tarekat Dan Tasauf
Tarekat berasal dari lafadz arab thariqah artinya jalan. Kemudian mereka maksudkan sebagai jalan menuju Tuhan, ilmu batin, tasawwuf.
Perkataan tarekat (jalan bertasawwuf yang bersifat praktis) lebih dikenal ketimbang tasawwuf, khususnya dalam kalangan para pengikut awam yang merupakan bagian terbesar.
Tarekat tidak membicarakan filsafat tasawwuf, tetepi merupakan amalan (tasawwuf) atau prakarsanya. Pengamalan tarekat merupakan suatu kepatuhan secara ketat kepada peraturan-peraturan syariat islam dan mengamalkannya dengan sebaik-baiknya, baik yang bersifat ritual maupun sosial, yaitu dengan menjalankan praktek-praktek dan mengerjakan amalan yang bersifat sunnah, baik sebelum maupun sesudah sholat wajib, dan mempraktekkan riyadhoh. Para kiai menganggap dirinya sebagai ahli tarekat. (Tasawwuf Belitan Iblis : 119)
B. Macam-macam tarekat yang berkembang di Indonesia
1. Tarekat Hadadiyah          
           Tarekat yang didirikan oleh Habib Abdullah bin Alwi Al Hadad yang wafat thn 1095 M di Yaman. Banyak orang yang takut ikut tarekatnya berhubung ratibnya yang terkenal, Ratib al hadad, dipercayai sebagai doa selamat yang bermantra. Pengaruhnya tak hanya di Aceh, tapi hampir di seluruh negara Indonesia.
2. Tarekat Khalwatiyah       .
          Tarekat yang di propagandakan dalam abad -18 oleh Syaikh Musthofa al Bakri di Mesir dan Suriah. Salah seorang tokoh tarekat ini ialah Ahmad At Tijani yang berasal dari Aljazair.
3. Tarekat Mu'tabaroh Nahdliyin  
           Para kiai pada tanggal 10 Oktober 1957 M mendirikan suatu badan federal bernama Pucuk Pimpinan Jam'iyah Ahli Tarekah Mu'tabaroh, sebagai tindak lanjut keputusan Muktamar NU 1957 di Magelang. Belakangan dalam muktamar NU 1979 di Semarang ditambahkan kata Nahdliyin, untuk menegaskan bahwa badan ini tetap berafiliasi kepada NU. Dalam anggaran dasarnya dinyatakan bahwa badan ini bertujuan        :
a. meningkatkan pengamalan syareat islam di kalangan masyarakat  .
b. Mempertebal kesetian masyarakat kepada ajaran-ajaran dari salah satu madzhab yang empat      .
c. Menganjurkan para anggota agar meningkatkan amalan-amalan ibadan dan mu'amalah, sesuai dengan yang dicontohkan ulama' sholihin  
Alasan ulama' mendirikan badan federasi ini adalah 
1. Untuk membimbing organisasi-organisasi tarekat yang dinilai belum mengajarkan amalan- amalan yang sesuai dengan Al Qur'an dan hadist 
2. Untuk mengawasi organisasi-organisasi tarekat agar tidak menyalahgunakan pengaruhnya untuk kepentingan yang tidak di benarkan oleh ajaran-ajaran agama.
4. Tarekat Naqsabandiyah  
            Tarekat ini mula-mula didirikan di Turkistan oleh Bahiruddin Naqsyabandy (sumber lain menyebutkan, Muhammad bin Muhammad Baharuddin Al Bukhori 1317-1389 M, bukan imam Al Bukhori perowi hadits), dan di Indonesia tarekat yang paling berpengaruh. Pimpinannya Ulaiman Effendi, mempunyai markas besar yang terletak di kaki gunung Abu Qubbais di pinggiran kota Makkah. Pengikut-pengikutnya kebanyakan dari Turki, dan wilayah-wilayah Hindia Belanda dulu, serta dibekas jajahan Inggris di daerah Melayu.
Pada umumnya tarekat ini paling banyak pengikutnya di Jawa sejak abad ke-19 sampai saat ini. Terekat ini adalah tarekat terbesar di dunia, juga di Indonesia,dan di anggap paling terawat baik. Ada seleksi untuk jadi pengikutnya. Markasnya di Jawa ada di Jombang, Semarang dan Sukabumi serta Labuhan Haji (Aceh) di Pesantren Syaikh Waly, Khalidi.
Beberapa tokoh Tariqat Naqshbandiyah Indonesia
Yang di muliakan Allah Tuan Guru Dr Syekh Salman Daim' Mursyid Tareqat Naqsbandiyah Alkholidiyah Jalaliyah Bandr Tinggi Sumatera Utara Indonesia 2. Tn Guru SM Karimuddin, Mursyid Pondok Pesantren Darul Hikmah Bahjoga 3. KH Muhammad Arifin Syah MPd, Mursyid pondok pesantren Nurul Hidayah, Sibargot. 4. SM Andra Najmu Assyihab,Pimpinan pondok pesantren Darul Maimanah,Manuk dadali, Sibolga..
TARIQAT Naqshbandiyah mempunyai prinsip asasnya yang tersendiri yang telah diasaskan oleh Hadhrat Khwajah Khwajahgan Maulana Syeikh ‘Abdul Khaliq Al-Ghujduwani Rahmatullah ‘alaih. Ia telah meletakkan lapan prinsip asas ini sebagai dasar Tariqat Naqshbandiyah. Prinsip-prinsip ini dinyatakannya dalam sebutan bahasa Parsi dan mengandungi pengertian dan pangajaran yang amat tinggi nilainya. Adapun prinsip-prinsipnya adalah seperti berikut:

5. Tarekat Qadariyah          
           Asal mulanya di Baghdad, dan dipandang paling tua. Pendirinya ialah Syaikh Abdul Qadir al Jailani (1077-1166 M). Mula-mula ia seorang ahli bahasa dan fiqih dari Madzhab Hambali. Pelajaran tarekat Qadariyah tidak jauh berbeda dari pelajaran islam pada umumnya. Hanya saja tarekat ini mementingkan kasih sayang terhadap semua makhluq, rendah hati dan menjahui fanatisme dalam keagamaan maupun politik. Keistemewaan tarekat ini ialah dzikir dengan menyebut-nyebut nama Tuhan. Kaum Qadariyah terlalu menyamakan Tuhan dengan manusia. Paham Qadariyah pada hakikatnya adalah sebagian dari paham Mu'tazilah, karena imam-imamnya dari Mu'tazilah.
Ada anggapan bahwa membaca Manaqib Syaikh Abdul Qadir Jailani pada tanggal 10 malam tiap bulan bisa melepaskan kemiskinan. Karena itu manaqibnya popular baik di Jawa maupun di Sumatra. Kadangkala tarekat ini digabung dengan Naqsabandiyah menjadi terekat Qadiriyah Naqsabandiyah. Seperti halnya di Suryalaya (Tasikmalaya Jawa Barat, dipimpin Abah Anom yang sering dikunjungi Harun Nasutiaon, Dan Jombang (Jawa Timur).
Tarekat Qadiriyah adalah tarekat pertama yang masuk ke Indonesia. Di Jawa, pengaruh tarekat ini banyak ditemui di daerah Cirebon dan Banten. Dan menurut cerita rakyat setempat, Syaikh ‘Abdul-Qadir al-Jilani pernah datang ke Jawa, bahkan mereka dapat menunjukkan letak kuburannya. Indikasi lain tentang pengaruh Tarekat Qadiriyah di Banten adalah, adanya pembacaan kitab manaqib syekh ‘Abdul-Qadir al-Jilani pada acara-acara tertentu di kehidupan beragama masyarakat disana.
6. Tarekat Qadariyah Naqsabandiyah       .
            Gabungan ajaran dua terekat, yaitu tarekat Qadariyah dan tarekat Naqsabandiyah, pendirinya Syaikh Khotib Sambas. Tarekat ini merupan sarana yang sangat penting bagi penyebaran agama islam di Indonesia dan Malaya dari pusatnya di Makkah antara pertengahan abad ke-19 sampai dengan perempatan pertama abad ke-20.
Syaikh Al Waasi Achmad Syaechudin selain mempunyai sanad dari tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah juga khirkoh dari tarekat Naqsyabandiyah dari garis salsilah Syaikh Jalaludin. Ia sampai dengan hari ini meneruskan tradisi tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah dengan kholaqoh dzikirnya yang bertempat di Bogor Baru kotamadya Bogor propinsi Jawa Barat.
Di Indonesia, pencabangan tarekat Qodiriyah ini secara khusus oleh Syaikh Achmad Khotib Al-Syambasi digabungkan dengan tarekat Naqsyabandiyah menjadi tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah . Kemudian garis salsilahnya yang salah satunya melalui Syaikh Abdul Karim Tanara Al-Bantani berkembang pesat di seluruh Indonesia.
Syaikh Abdul Karim Tanara Al-Bantani ini berasal dari Banten dan merupakan ulama Indonesia pertama yang menjadi Imam Masjidil Haram. Selanjutnya jalur salsilahnya berlanjut ke Syaikh Abdullah Mubarok Cibuntu atau lazim dikenal sebagai Syaikh Abdul Khoir Cibuntu Banten. Terus berlanjut ke Syaikh Nur Annaum Suryadipraja bin Haji Agus Tajudin yang berkedudukan di Pabuaran Bogor. Selanjutnya garis salsilah ini saat ini berlanjut ke Syaikh Al Waasi Achmad Syaechudin.
7. Tarekat Rifaiyah   .
             Didirikan oleh Syaikh Ahmad bin Ali Abul Abas (wafat 578 H/1183 M). Syaikh Ahmad yang konon guru Syaikh Abdul Qadir jailani, begitu asyik berdzikir hingga tubuhnya terangkat keatas angkasa. Tangannya menepuk-nepuk dadanya. Kemudian Allah memerintahkan kepada bidadari-bidadari untuk memberinya rebana di dadanya, daripada menepuk-nepuk dada.         
Tapi syaikh Ahmad tidak ingat apa-apa, begitu khusuknya, sehingga ia tidak mendengar suara rebananya yang nyaring itu. Padahal seluruh dunia mendengar suara rebana itu.
Terakat ini agak fanatik dan anggotanya dapat melakukan hal-hal yang ajaib, misalnya makan pecahan kaca, berjalan di atas api, dan sebagainya. Rifaiyah, yang memang merinci tarekatnya dengan rebana, di Acah dulu pernah berkembang besar dan disebut Rapa'I sudah sulit mencarinya yang asli, yang masih berpegang teguh pada ajaran.
8. Tarekat Samaniyah                      .
            Tarekat yang dikenal di Jawa Barat dan Aceh, didirikan oleh Syaikh Muhammad Saman dari Madinah, Arab Saudi yang wafat tahun 1702 M. Manaqib (riwayah hidup) Syaikh Saman banyak di baca orang yang mengharap berkah. Manakib itu ditulis oleh Syaikh Siddiq al madani, murid beliau.
Disitu tertulis "barang siapa berziyarah kemakam Rosulullah tanpa meminta izin kepada Syaikh Saman ziarahnya sia-sia. Juga disebutkan "siapa yang menyeru nama Syaikh tiga kali, hilang kesedihannya. Siapa yang makan makanannya masuk surga. Siapa yang berziarah kemakamnya serta membaca doa-doa untuknya, diampuni dosanya. Tarekat Saman sekarang menjadi tari Seudati di Aceh. Dzikir Saman mulanya hampir sama dengan dzikir-dzikir yang lain. Namun kemudian berkembang menjadi dzikir yang ekstrim.
Penyebaran di Indonesia     
Penyebaran Tarekat Sammaniyah di wilayah Sumatra, dilakukan oleh Syekh Abdussamad al-Falimbani (wafat 1800 M). Menurut riwayat, sebelum ke Palembang, Syekh Abdussamad al-Falimbani dahulunya menyebarkan Tarekat Sammaniyah di Aceh.
Ia mengajarkan doa dan zikir yang didapatkannya dari Syekh Samman. Mulanya tarekat ini murni mengajarkan zikir yang termuat dalam ratib Samman. Namun dalam perkembangannya, zikir itu dinyanyikan oleh sekelompok orang.     
            Ajaran-ajaran yang disampaikan oleh Syekh Samman, antara lain, memper Syekh Muhammad Asyad Al-Banjari. banyak shalat dan zikir, berlemah lembut kepada fakir miskin. Tidak mencintai dunia, menukarkan akal basyariah dengan akal rabbaniyah, dan tauhid kepada Allah dalam zat. sifat, dan afal-Nya.          
9. Tarekat Siddiqiyah           .
            Asal usul tarekat ini tidak begitu jelas, dan tidak terdapat di negara-negara lain. Muncul dan berkembang di Jombang, Jawa Timur, dimulai oleh kegiatan Kiai Mul\khtar Mukti yang mendirikan tarekat ini tahun 1953.
10. Tarekat Syattariah.        
             Tarekat yang dibangun oleh Syaikh Abdullah Syattari di India. Tarekat ini di Jawa masih ada, misalnya di sekitar Madiun. Di Aceh dulu mengalami puncaknya di zaman Sultanah (ratu) Safiatuddin. Tarekat ini dibawah oleh Syaikh Abdurrouf Singkil yang kemudian menggelar Syiah Kuala.
Dzikir - dzikirnya
Di dalam tarekat ini, dikenal tujuh macam dzikir muqaddimah, sebagai pelataran atau tangga untuk masuk ke dalam Tarekat Syattariyah, yang disesuaikan dengan tujuh macam nafsu pada manusia. Ketujuh macam dzikir ini diajarkan agar cita-cita manusia untuk kembali dan sampai ke Allah dapat selamat dengan mengendarai tujuh nafsu itu. Ketujuh macam dzikir itu sebagai berikut:          
Dzikir thawaf, yaitu dzikir dengan memutar kepala, mulai dari bahu kiri menuju bahu kanan, dengan mengucapkan laa ilaha sambil menahan nafas.
Setelah sampai di bahu kanan, nafas ditarik lalu mengucapkan illallah yang dipukulkan ke dalam hati sanubari yang letaknya kira-kira dua jari di bawah susu kiri, tempat bersarangnya nafsu lawwamah.         .
Dzikir nafi itsbat, yaitu dzikir dengan laa ilaha illallah, dengan lebih mengeraskan suara nafi-nya, laa ilaha, ketimbang itsbat-nya, illallah, yang diucapkan seperti memasukkan suara ke dalam yang Empu-Nya Asma Allah.
Dzikir itsbat faqat, yaitu berdzikir dengan Illallah, Illallah, Illallah, yang dihujamkan ke dalam hati sanubari       .
Dzikir Ismu Dzat, dzikir dengan Allah, Allah, Allah, yang dihujamkan ke tengah-tengah dada, tempat bersemayamnya ruh yang menandai adanya hidup dan kehidupan manusia.
Dzikir Taraqqi, yaitu dzikir Allah-Hu, Allah-Hu. Dzikir Allah diambil dari dalam dada dan Hu dimasukkan ke dalam bait al-makmur (otak, markas pikiran). Dzikir ini dimaksudkan agar pikiran selalu tersinari oleh Cahaya Ilahi.           
Dzikir Tanazul, yaitu dzikir Hu-Allah, Hu-Allah. Dzikir Hu diambil dari bait al-makmur, dan Allah dimasukkan ke dalam dada. Dzikir ini dimaksudkan agar seorang salik senantiasa memiliki kesadaran yang tinggi sebagai insan Cahaya Ilahi.  
Dzikir Isim Ghaib, yaitu dzikir Hu, Hu, Hu dengan mata dipejamkan dan mulut dikatupkan kemudian diarahkan tepat ke tengah-tengah dada menuju ke arah kedalaman rasa.
11. Tarekat Syaziliah.
            Pendiri Tarekat Syadziliyyah adalah syekh Ali bin Abdullah bin Abdul-Jabbar Abul Hasan as-Syadzili (w. 1258). Silsilah keturunannya bergaris sampai kepada saidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra. Beliau sendiri pernah menulis silsilah keturunannya sebagai berikut : Syekh Ali bin Abdullah bin Abdul Jabbar bin Yusuf bin Ward bin Batthol bin Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra. Amalan utama dari tarekat ini pun masih dapat dirasakan hingga saat ini yaitu hizbul-bahr yang diyakini sangat memberi pengaruh yang kuat bagi pengamalnya. Tokoh tarekat Syadziliyah yang terkenal antara lain Ibnu ‘Athoillah as-Sakandari, dan ‘Abdul-Wahhab as-Sya’rani.
Sanad dan Silsilah Tariqah
  • As-Syaikh As-Sayyid Abil Hasan Asy-Syadzili ra drp
  • As-Syaikh Abdus Salam b Mashish ra drp
  • As-Syaikh Muhammad bin Harazim ra drp
  • As-Syaikh Muhammad Salih ra drp
  • As-Syaikh Shuaib Abu Madyan ra drp
  • As-Syaikh As-Sayyid Abdul Qadir Al-Jailani ra drp
  • As-Syaikh Abu Said Al-Mubarak ra drp
  • As-Syaikh Abul Hasan Al-Hukkari ra drp
  • As-Syaikh At-Tartusi ra drp
  • As-Syaikh Asy-Shibli ra drp
  • As-Syaikh Sari As-Saqati ra drp
  • As-Syaikh Ma'ruf Al-Kharkhi ra drp
  • As-Syaikh Daud At-Tai ra drp
  • As-Syaikh Habib Al-Ajami ra drp
  • Imam Hasan Al-Basri ra drp
  • Sayyidina Ali bin Abu Talib ra drp
  • Sayyidina Muhammad saw


Sanad Nasab Abil Hasan Asy-Syadzili
  • As-Sayyid Asy-Syaikh Abil Hasan Asy-Syadzili bin
  • Ali bin
  • Abdullah bin
  • Tamim bin
  • Hurmuz bin
  • Hatim bin
  • Qusay bin
  • Yusuf bin
  • Yusya bin
  • Ward bin
  • Bathaal bin
  • Ali bin
  • Ahmad bin
  • Muhammad bin
  • Isa bin
  • Muhammad bin
  • Abi Muhammad bin
  • Imam Hasan bin
  • Sayyidna Ali ra dan Sayyidatina Fathimah binti
  • Rasulullah Sayyidina Muhammad saw.
Amalan-Amalan
Hizb al-Bahr, Hizb Nashor, Hizb Barr disamping Hizib al-Hafidzah, merupaka Hizib-Hizib yang terkenal dari as-Syadzilli. Menurut laporan, hizib ini dikomunikasikan kepadanya oleh Nabi SAW. Sendiri. Hizib ini dinilai mempunyai kekuatan adikodrati, yang terutama dugunakan untuk melindungi selama dalam perjalanan dan bermanfaat dalam meningkatkan kadar ibadah kepada Alloh ta'ala.
Sebagai contoh, Ibnu Batutah menggunakan doa-doa tersebut selama perjalanan-perjalanan panjangnya, dan berhasil. Di Indonesia, dimana doa ini diamalkan secara luas, secara umum dipercaya doa ini baik dan tidak bertentangan dengan Sunatulloh dan Sunnatur Rosul. Untuk pengamalan hizb ini sebaiknya dalam bimbingan guru yang mengamalkannya.
Hizib-hizib dalam Tareqat Syadzilliyah, di Indonesia, juga dipergunakan oleh anggota tareqat lain untuk memohon perlindungan tambahan (Istighotsah), dan berbagai kekuatan hikmah, seperti debus di Pandegelang, yang dikaitkan dengan tareqat Rifa'iyah, dan di Banten utara yang dihubungkan dengan tareqat Qadiriyah. Akan tetapi yang utama adalah Hizb tersebut dipergunakan untuk meningkatkan kadar ibadah yang sebenarnya kepada Alloh ta'ala.Tarekat yang didirikan oleh Ali As Syazili, terdapat di Afrika Utara, Arab dan Indonesia, walaupun tidak luas tersebarnya dan pengaruhnya relative kecil.
12. Tarekat Tijaniyah          
Tarekat Tijaniyah didirikan oleh Abul Abbas Ahmad bin Muhammad bin al-Mukhtar at-Tijani (1737-1815), salah seorang tokoh dari gerakan “Neosufisme”. Ciri dari gerakan ini ialah karena penolakannya terhadap sisi eksatik dan metafisis sufisme dan lebih menyukai pengalaman secara ketat ketentuan-ketentuan syari’at dan berupaya sekuat tenaga untuk menyatu dengan ruh Nabi Muhammad SAW sebagai ganti untuk menyatu dengan Tuhan    .
            At-Tijani dilahirkan pada tahun 1150/1737 di ‘Ain Madi, bagian selatan Aljazair. Sejak umur tujuh tahun dia sudah dapat menghafal al-Quran dan giat mempelajari ilmu-ilmu keislaman lain, sehingga pada usianya yang masih muda dia sudah menjadi guru. Dia mulai bergaul dengan para sufi pada usia 21 tahun. Pada tahun 1176, dia melanjutkan belajar ke Abyad untuk beberapa tahun. Setelah itu, dia kembali ke tanah kelahirannya. Pada tahun 1181, dia meneruskan pengembaraan intelektualnya ke Tilimsan selama lima tahun.
Tarekat yang didirikan oleh Ahmad at Tijani. Tarekat ini dengan cepat meluas di Afrika Barat dan dinegara-negara lain, diantaranya Indonesia. Di Afrika tarekat ini telah banyak yang mengislamkan orang-orang Negro.Dalam fath yang diterimanya, dia mengaku bahwa hal itu terjadi dalam keadaan terjaga. Ketika itu, Nabi SAW mendatanginya dan memberitahukan bahwa dirinya tidaklah berhutang budi pada syekh tarekat mana pun.
           Karena menurut dia, Nabi sendiri-lah yang selama ini menjadi pembimbingnya dalam bertarekat. Selanjutnya, Nabi SAW menyuruh dia untuk meninggalkan segala sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya berkenaan dengan tarekat. Bahkan dia juga diberi izin untuk mendirikan tarekat sendiri disertai wirid yang mesti diajarkan kepada masyarakat, yaitu istighfar dan shalawat yang diucapkan masing-masing sebanyak 100 kali. Tarekat Tijaniyyah masuk ke Indonesia pada tahun 20-an, dan banyak mendapatkan pengikut terutama di pulau Jawa dan Madura. Pengikut tarekat Tijaniyah berkeyakinan, bahwa tarekat Tijaniyah adalah tarekat yang terbaik, karena memiliki keunggulan dan keutamaan yang tidak dimiliki oleh tarekat-tarekat lainnya.
13. Tarekat Wahidiyah         .
               Tarekat yang ini didirikan oleh Kiai Majid Ma'ruf di Kedonglo, Kediri Jawa Timur, 1963 M. Teoritis tarekat ini terbuka sifatnya, karena orang tidak usah mengucapkan sumpah untuk menjadi anggota, siapa saja yang mengamalkan Dzikir salawat Wahidiyah sudah dianggap sebagai anggota. Motivasi mendirikan tarekat ini adalah meningkatkan ketaatan orang islam kepada perintah-perintahagama. Pendirinya menganggap masyarakat Jawa dewasa ini mengalami kekosongan agama dan kejiwaan. Itulah sebabnya ia mengajak masyarakat islam agar meningkatkan ketaqwaannya kepada Tuhan dengan setiap kali mengucapkan dzikir, ( fafirruu ila llaha ) "marilah kita kembali kepada Allah" (lihat Tasawwuf Belitan Iblis hal:119-127)
14.Tarekat Naqsabandy Khalidiyah           .
            Tarekat Naqsabandy sangat terkenal. Anggotanya puluhan ribu orang dari Tulung agung, Blitar, Nganjuk, Surabaya, Malang, Semarang,Jakarta, dan bahkan dari beberapa kota di Sumatra. Yang berminat menekuni naqsabandy harus menghadap KH. Bastomi, pemimpin tarekat atau yang disebut mursyid itu.
Setelah pendaftar terkumpul dua ratus orang, mereka wajib datang sesuai dengan waktu yang di tentukan. Jamaah baru itu digembleng selama dua puluh hari. Peserta wajib mondok. Pengajian dimulai selasa pagi, diawalai dengan pembaitan. Jamaah duduk tawaruk di sekeliling ruangan, sementara KH. Bastomi berada paling depan. Satu persatu mereka bersumpah dengan bimbingan mursyid. Selesai disumpah, jamaah harus mengikuti pengajian sufi setiap selasa dan jum'at pagi.
Setelah tahu arti tarekat, jamaah membaca wirid Ismu Dzat menurut tingkatan masing-masing. Ada tiga kelas, yang pemula membaca 5.000 kali sehari, sedangkan yang paling senior sampai 9.000 kali. Mereka membaca dzikir, tahlil, dan asmaul husna. Wirid dilaksanakan usai sholat fardhu.
Selama mondok peserta harus mengurangi tidur, tak bicara di luar keperluan, tidak makan sesuatu yang berbahan dasar ikan atau binatang. Lebih dianjurkan jika berpuasa, namun ini tak wajib. Nafsu sexsual harus di kekang selama mengikuti acar, walaupun bercampur dengan istri sendiri. Setelah pemondokan itu selesai, wirid wajib di baca di rumah masing-masing.
Kata KH Bastomi, wiridan merupakan cara mendekatkan diri kepada Allah. Untuk itu peserta tarekat memenjarakan hawa nafsu duniawi dan mengganti semua tujuan ibadahnya untuk mencapai ridho Allah. Targetnya muroqobah, yaitu dekat dengan Allah hingga tercabut hijab antara makhluq dan kholiq", ujarnya. Inilah derajat tertinggi dari tarekat.
Pada tingkatan muroqobah itu, manusia merasa dirinya dekat dengan Allah. Saking dekatnya, seolah roh Allah menyatu dalam diri manusia. Inilah yang sering kali disebut al wihdatul wujud atau manunggaling kawula gusti. Derajat tertinggi dari tarekat, terhubungnya manusia dengan Tuhan saat berdzikir itu disebut fana.
15.Tarekat Akmaliyah.        
           Letaknya di Jawa Timur (Desa Wringin Anom, Kecamatan Tumpang, Malang)  Tarekat ini melanjutkan ajaran syaikh Siti Jenar, yang di populerkan Sultan Hadi Wijoyo (Joko Tingkir, Raja Pajang). Tarekat Akmaliyah menganut paham teologi pembebasan, bahwa setiap manusia berhak bertemu Tuhannya. Tarekat ini tak mengangkat mursyid sebagaimana tarekat lainnya, hanya ada semacam koordinator, (dalam hal ini Kiai Ahmad, seorang petani biasa adalah sebagai koordinatornya), Lelakunya ringan, jumlah dzikirnya tak dibatasi bilangan, disesuaikan dengan kemampuan dan waktu yang bebas.
Alumninya berjumlah ratusan, antara lain Drs. Agus Sunyoto,MPd, 41 thn. Dosen SekolahTinggi Agama Islam Negeri Malang ini bergabung dengan tarekat Akmaliyah setahun lalu. Tarekat ini tak mengenal pemondokan dan pembaiatan. Setelah berdiskusi dengan kiai Ahmad untuk meluruskan persepsi, jamaah bisa wiridan sendiri di rumahnya. "Tarekat ini cocok untuk orang sibuk" ujar Agus. Menurut dia tarekat Akmaliyah mampu menghubungkan manusia kepada Roh Allah, akibatnya hidup jadi lebih ringan. (lihat Majalah Gatra, hal 66-67 Edisi 30 September 2000 M)




BAB III
KESIMPULAN

Ada berbagai macam perkembangan tarekat yang ada di Indonesia. Sampai sekarang masih eksis di Indonesia dengan ribuan pengikut. Fungsi daripada tarekat ini sebenarnya hanya merupakan jalan pintas untuk mendekatkan diri pada Allah melalui dzikir-dzikir yang ada di dalam tarekat itu masing-masing. Adapun tarekat tarekat yang terkenal di Indonesia seperti yang dijelaskan di atas. namun bisa kita simpulkan beberapa tarekat yang banyak atau terkenal di Indonesia.
    1. Tarekat naqsabandiyah
    2. Tarekat tijaniyah
    3. Tarekat qadiriyah
    4. Khalwatiyah
    5. Tarekat syattariyah
    6. Tarekat syadziliyah
    7. Tarekat sammaniyah
    8. Tarekat rifa’iyah
Itulah tarekat-tarekat yang sangat terpopuler di Indonesia.










DAFATAR PUSTAKA
 Hartono Ahmad Jaiz, Tasawwuf Belitan Iblis, Cet. Ke-3 1422 H/2001 M, Darul Falah.
Al Jihad wal Ijtihad, Umar bin Mahmud abu Umar, Cet Pertama 1419 H/1999 M, Darul Bayariq.




















Tidak ada komentar:

Posting Komentar